Keberadaan pekerja anak bakal menimbulkan masalah luas dan kompleks. Membiarkan anak menjadi pekerja bakal membentuk SDM berkualitas rendah sampai lingkaran kemiskinan.
- Hadapi Puncak Armuzna Tim Kesehatan Haji Siapkan 782 Nakes, 48 di Antaranya Dokter Spesialis
- Luncurkan Petani Muda Ogan Ilir Bangkit, Panca Wijaya: Wadah persiapan Petani Muda Berkompetensi
- Ugal-ugalan, Sopir Mobil Tanki Pertashop Nyaris Tabrak Pengendara di Teluk Betung Lampung
Baca Juga
Begitu disampaikan Gurubesar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof Nunung Nurwati seperti dikutip Kantor Berita RMOLJabar, Kamis (7/9).
"Bagi anak itu sudah jelas akan mengganggu tumbuh kembang dan kehilangan hak-haknya dan mereka akan menjadi SDM yang kualitasnya rendah,” kata Nunung.
Menurut Nunung, hal itu diakibatkan anak sejak usia dini telah bekerja bahkan ada yang tidak sekolah. Mereka juga mempunyai upah yang rendah.
Ketika mereka dewasa, lanjut Nunung, kemungkinan besar bakal menjadi tenaga yang tidak berkualitas, bekerja serabutan, dan terus mempunyai upah rendah.
Apabila terus dibiarkan, kondisi itu berpotensi terulang ketika telah berkeluarga. Mereka bakal kesulitan memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga berpotensi kembali menjadi keluarga miskin serta mendorong anak-anak mereka untuk bekerja.
“Nah, itulah yang disebut dengan lingkaran kemiskinan,” beber Prof Nunung.
- Komunitas Terowongan Kendal Bakal Gelar Fashion Show di Thamrin 10
- Amarta: Isu Penggunaan Dana Umat, Jangan Sampai Ganggu Kolaborasi ACT dan Pemprov DKI
- Upaya KPK Bongkar Kasus Suap Dana Hibah di Jatim Diapresiasi Tokoh Masyarakat Cirebon